Kontemplasi Perjalanan


Banyak orang bertanya, “kamu jalannya ke luar negeri terus, “kamu ga sayang duitnya?”. Menghambur hamburkan uang itu perilaku setan lho” gila makhluk setan dibawa bawa hehe. Begitulaj beragam pernyataan dr teman teman saya.
.

Well. Hobi traveling tidak begitu tiba muncul begitu saja dalam diri saya. Tetapi pengalaman yang saya alami dalam hidup saya utamanya ketika masa kanak-kanak memiliki banyak kontribusi kesukaan terhadap jalan jalan. Orang tua saya seorang tenaga penyuluh petani sering mengajak saya ke desa desa menemui petani. Kaki menggenang dalam lumpur sudah biasa. Baju pun tak luput kena cipratan lumpur. Sungguh senang di masa itu. Terima kasih ayah.
Saya seorang penyandang tuna rungu. Pergi ke desa sebuah keasyikan sendiri. Waktu masuk sekolah dasar, ibu menyekolahkan saya di sekolah dasar dengan anak normal lainnya. Bukan di SLB. Sungguh sebuah kesulitan komunikasi di masa itu. Berinteraksi dengan teman teman dan guru, membiasakan berkomunikasi dengan melihat gerak bibir mereka untuk menebak apa yg mereka sedang ucapkan.
.
Karena memiliki keterbatasan secara sosial, saya biasa menghabiskan sebagian waktu istirahat saya di perpustakaan. Disitu perkenalan saya pertama dengan nama bola peta dunia atau globe. Waktu itu ada kakak kelas bawa senter, menerangkan tentang fenomena siang malam di belahan dunia. Saya takjub. Ketika belahan barat terkena sinar matahari, belahan timur menjadi gelap atau malam karena tidak terkena sinar matahari. Kemudian dia mengambil atlas membahas tentang tempat keajaiban dunia, gunung tertinggi, hewan hewan unik di belahan dunia. Disitu saya mulai tertarik dengan yang namanya geografi dan sejarah, yang kelak juga memberi hobi akan kesenangan jalan atau berpetualang.
.
Di kelas, saya suka melamun, “bisakah kelak saya ke negara negara yg di dalam atlas itu. Bisakah aku pergi ke kastil kastil yang ditulis eiji yoshikawa dan enid blyton. Tapi Raporku peringkat 24 dari 32 siswa. Les bahasa inggris pun saya menyerah. Sungguh bahasa yang aneh. Hopeless. guru saya selalu bilang harus pintar kayak habibie baru bisa melancong ke luar negeri. Sekolah di luar negeri dan membuat pesawat di jerman. Wew. Ketika saya SD, habibie itu memang role model yang ditanamkan dan selalu dibicarakan ortu dan guru, tukang becak sekalipun. Tak ada orang yang tak tahu di jaman saya, yang tidak mengenal habibie. Tak salah kalau sosok pak habibie melegenda sampai kini.
.
Ketika awal ajaran masuk sekolah, saya selalu mengincar bangku tepat di depan guru saya-untuk mengejar ketertinggalan akademik saya di kelas. Tetapi saya gagal terus. kalah datang lebih pagi dengan teman yg lain. Karena duduk di bangku belakang membuat saya tidak bisa mendengar guru dan melihat gerak bibir guru sama sekali. Anjlok nilai pelajaran saya. Hanya kelas 6 sd dan SMA saja saya berhasil duduk di posisi depan.
.
Paling cemas ketika sekolah adalah saat saya datang pilek. Kalau datang pilek, bunyi sekeras apapun susah masuk ke telinga. Itu mengapa saya sangat jarang minum es dan tidak boleh kepala saya terpapar air hujan karena bisa sakit pilek. Pokoknya sebisa mungkin jangan sampai pilek.
.

Hobi membaca tak pernah putus. Well saya suka sekali membaca buku anak terjemahan luar negeri. Dari buku itu saya mengenal beberapa budaya di luar negeri, seperti breakfast dengan sandwich, liburan musim panas dan sekolah asrama di inggris. Ketika kuliah, saya takjub membaca blog trinity yang bisa keliling dunia. She might be good at english speaking. And How about me?? pronounciation saja sering salah yang bahkan karena salah melafalkan sebuah kata, saya pernah diketawain dan dibully satu kelas. Duh malunya.

.

Ketika trinity mengenalkan gaya traveling ala backpacker disitulah muncul sedikit keberanian saya. Saya mulai belajar bahasa inggris mulai dari cara speaking tentang percakapan dlm beberapa situasi yang bakal ditemui ketika traveling. “Tenang kalau tersesat dan bahasa inggrismu tidak bisa diandalkan , kamu bisa membaca peta dan itinerary yang dibuat”begitu saya mencoba menyemangati diri sendiri. Perkenalan negara pertama saya yaitu traveling ke negara singapura. Disana masih bs cari orang berwajah melayu kalau terkendala bahasa inggris. Take it easy.

.

April 2019 kaki saya menjejakkan sejauh ke negeri biru. Tepatnya di kota milan. Sisa angin dingin musim winter masih terasa. Saya menepuk pipi seolah tak percaya saya sdh di eropa. Sambil menghela napas dan menarik koper menuju imigrasi kedatangan, bertubi tubi ucapan syukur berkelebat dalam hati. Allah, sungguh Engkau Tuhan pengabul doa. Engkau tak pernah menyiakan nyiakan hambaMu. Seringkali ketakutan terbesar dalam hidup ini adalah ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Dulu saya sering berpikir kekurangan ini akan membuat saya sangat mengalami keterbatasan. Sering berpikir mengapa saya tidak diciptakan seperti orang normal lainnya. Ketika selintas pikiran tersebut datang, selekas benak saya menyuruh berpikir positif terhadap Tuhan. Selekas benak untuk mengingat masih banyak orang di luar sana yang memiliki kekurangan. Tidakkah kamu melihat kemarin ada pengemis yang tak memiliki tangan dan kakinya buntung. Bajunya lusuh. Meminta-minta. Bukankah kamu kemarin melihat anak tetangga sebelah tidak bisa melanjutkan sekolah. Kamu bisa sekolah, memiliki ortu yang selalu perhatian di sebelahmu dan tak pernah telat bayar spp, teman teman menyenangkan di sekolah. Bukankah itu sudah lebih dari cukup yang diinginkan semua anak di dunia. Sekelebat fatwa fatwa itu melambung di hati dan memberi pijakan agar tak goyah.

.

Bukankah gurumu selalu menasihati bahwa ujian hidup selalu ada. Yang bertahan, sabar dan lulus ujian adalah orang yang kuat. Hidup tidak melulu apa yang selalu kau inginkan. Kekecewaan bukankah kadang juga mengajari bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kau butuhkan daripada sekedar keinginanmu. Jika hari ini kau mendapat ujian, bukankah Tuhan mengatakan kepadamu bahwa kamu bisa mengatasinya. Bukankah Dia memberi tahu bahwa Dia tidak membebani suatu masalah di luar kesanggupan makhlukNya. Sekelebat fatwa fatwa itu melambung di hati dan memberi pijakan agar tak goyah.

.

Kalimat kalimat itu yang sering terlintas ketika saya tiba tiba mengalami kekecewaan dan ketidakmulusan dalam hidup. Entah disebabkan karena karena kekurangan atau kelebihan pada diri ini.

.

Saya tahu bahwa jalan ke luar negeri itu menghamburkan uang. Karena itu selama 8 tahun saya menabung. Saya selalu sisihkan penghasilan buat piknik saya. Ketika uang sisihan tak cukup, saya tak pernah memaksa diri berkelana. Setiap orang memiliki corak dan condong kehiburan dan kebahagiaannya sendiri. Ada yang lebih ke material possesion, bermain musik, mengajar, piknik dll. Saya tahu bahwa tak selamanya hidup mengejar sebuah pengembaraan yang jauh jauh. Karena terkadang kesederhanaan sebuah pengembaraan, bisa juga mendatangkan kebahagiaan. Bahkan ketenangan batin bisa saja muncul bila plesiran ke pantai dekat rumah, memasak, bertemu sanak saudara, kerja sosial, melihat tumbuh kembang anak, dan menyenangkan pasangan. 🙂

.

Jangan lupa terus mensyukuri nikmat yang nyaman, yang kau dapatkan hari ini. Tidak membandingkan nikmatmu dengan nikmat lebih orang lain. Jangan lupa menyebut namaNya ketika kau menemukan kesulitan. Bahwa kamu tidak akan sendirian mengatasi masalahmu. Jangan lupa berbuat kebaikan terhadap orang lain bahkan hanya dengan seraut senyum di wajah yang tulus. Dan Jangan lupa untuk menikmati hidup. InsyaAllah mendatangkan ketenangan hati.

Diterbitkan oleh Indra

Civil Servant and Independent Traveler

Satu pendapat untuk “Kontemplasi Perjalanan

Tinggalkan komentar