Tidak pernah terpikirkan dari diri saya bahwa makam bung hatta terletak di TPU Tanah Kusir. Hingga sebuah penemuan tak sengaja ketika mata saya menangkap dari luar jendela metromini yang saya tumpangi-sebuah bangunan bergaya minang tampak mencolok di antara padatnya makam-makam umum.
“Eh itu bangunan apa?Kok unik” celetuk saya kepada teman yang duduk di sebelah saya. Hingga akhirnya saya bisa membaca jelas sebuah tulisan yang melekat pada bangunan itu yang intinya memberitahu pelancong bahwa bangunan itu tempat disemayamkan almarhum Bung Hatta.
“Kita besok kalau ada waktu kesana yuk” ajak saya kepada teman yang duduk di bangku sebelah saya.
2 tahun kemudian …….
Saya melihat buku-buku di rak lemari. Yah hanya melihat. Akhir-akhir ini saya malas menyentuh buku. Dulu ketika masa sekolah, saya seminggu bisa menyelesaikan 3-4 buku, kini sebulan bisa 1-2 buku baru bisa selesai dibaca. Sepertinya kejenuhan membaca buku saya sudah mencapai titik nadirnya. Tiba-tiba tanpa sengaja mata saya tertuju pada buku “Untuk Negeriku” karangan bung Hatta. Sebuah memoar yang ditulis sendiri oleh pengarangnya.
“Astaga, saya belum pernah mengunjungi makam beliau”
Benak saya memutar kembali memori lama seperti rol film. Entah sudah terhitung berapa kali saya melewati jalan di tanah kusir setiap pengen jalan ke blok M, PIM atau jalan-jalan ke arah utara jakarta dari bintaro. Di antara kesempatan itu, belum pernah sekalipun saya mencoba mengunjungi makam bung hatta. Padahal saya sudah berjanji dalam diri bahwa saya akan mengunjungi makam beliau.
Ada banyak alasan mengapa saya sangat mengagumi sosok bung Hatta, salah satu founding fathers negara kita. Banyak hal dari sosok beliau yang kurang terekspos ke media. Sangat kontras dengan bung karno yang memiliki banyak sisi untuk diceritakan mengenai kehidupan pribadinya. Tidak perlu saya cerita lagi, karena kalian pasti sudah tahu dari buku sejarah/majalah mengenai sosok bung karno.
Saya mengagumi bung hatta karena beliau seorang diplomat ulung. Bisa 3 bahasa asing kalau ga salah. Kalau kita buka kembali buku sejarah keLas 6 SD, beliau salah satu orang yang dipercaya sebagai perwakilan delegasi indonesia dalam Konferensi Meja Bundar. Saya rasa tidak sembarangan orang yang menjadi perwakilan negeri ini ketika melakukan diplomasi dengan negara lain apalagi dengan negara penjajah. Butuh kelihaian dalam bernegosiasi. Padahal saat itu banyak tokoh-tokoh Indonesia yang menurut saya jago vokal, lantang menentang kolonialisme serta memiliki ilmu berdiplomasi dalam konteks bilateral.
Membaca buku bung hatta yang berjudul Untuk Negeriku, saya diajak mengarungi kenangan Hatta dari Masa kecilnya hingga Masa Kemerdekaan. Buku yang menurut saya memang benar-benar buku persembahan untuk generasi atau anak bangsa yang hidup di negeri ini. Banyak sekali sikap teladan yang dapat kita ambil dari beliau. Apalagi ketika kita membaca buku biografi tentang bung hatta dari sudut pandang pihak ketiga karangan Dr. Delias noor. Ada beberapa kisah unik dari beliau. Bagi saya, Bung Hatta adalah sosok yang hidupnya “lurus” saja. Religius iya, intelek apalagi, dan tentu adalah orang yang meletakkan dasar perekonomian kita. Gagasan beliau yang paling terkenal adalah Koperasi. Tidak pernah saya mendengar berita negatif sedikitpun tentangnya. Ada satu cerita yang membekas dalam ingatan saya mengenai sosok hatta yaitu Ketika beliau melakukan pembelaan di hadapan hakim di pengadilan belanda. Waktu itu hatta hanya seorang mahasiswa yang menuntut ilmu di negara penjajahnya, belanda. Hatta ditangkap karena dianggap melakukan perlawanan terhadap pemerintah belanda melalui pergerakan perhimpunan mahasiswa Indonesia. Dengan posisi beliau yang tentu menjadi orang asing di tanah orang, sikap beliau dianggap terlalu berani. Dia bisa dihukum mati atau dibunuh secara diam-diam oleh aparat disana. Toh dia hanya orang asing. Sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di negeri orang, tentu harapan kita adalah bisa kembali ke tanah air deñgan selamat dengan bekal ilmu yang kita miliki.
Kolonialisme menjadi isu sensitif di masa itu. Hatta memanfaatkan momentum tersebut. Pembelaannya yang tertuang dalam tulisan “Indonesia Merdeka” yang bila dibaca bisa sampai 3 jam. Lewat pembelaannya akhirnya beliau dibebaskan dan mampu meyakinkan hakim. Hatta adalah sosok yang selalu menilai segala sesuatu berdasarkan hukum. Bila bertentangan dengan hukum, ia akan menolak. Hal inilah yang membuat dia terkadang berseberangan dengan bung Kàrno.
Berkaca dari pengalaman Hatta, Pengadilan Den Haag, bisa dibilang pengadilan yang mungkin bisa dipercaya di dunia. Separatis pun berhak mengemukakan dan didengar pendapatnya. Itu mengapa masalah konflik internasional selalu diselesaikan disini. Kalau ga salah Mahkamah Internasional dulunya berpusat di sini. Kenangan hatta di masa lalu ini pernah membuat Presiden SBY membatalkan perjalanannya ke Belanda. Waktu itu anggota RMS di belanda melayangkan tuntutan hukum kepada Negara Indonesia Jdi Den Haag.
Jam 8 pagi saya berangkat dari kosan di bintaro. Tidak sampai 15 menit saya sudah tiba di Tanah Kusir. Pas sampe di Gerbang Masuk Makam Bung Hatta, saya memarkirkan sepeda motor. Masuk kesini tidak dipungut biaya lho. Gratis. Pemeliharaan makam sang proklamator ini berada dalam pengawasan Sekretariat Negara. Juru Kunci makamnya sendiri adalah bapak yang sudah uzur berumur 58 tahun dan masih tercatat sebagai pegawai honorer. Lupa namanya. Kalo ga salah dia berasal dari Bangko, Jambi. Disana saya ajak ngobrol beliau dengan pengetahuan geografi saya yang masih terbatas tentang kabupaten Bangko. Saya sebut kerinci, sungai penuh, kuala tungkal, sinjai dan lain-lain. Tampaknya dia senang sekali saya sedikit mengetahui banyak daerah di Jambi.
Ketika saya hendak masuk ke rumah makam bung Hatta, didalam sudah penuh dengan orang yang sedang berziarah. Semua berdiri di samping pusara dengan posisi telapak tangan hormat di kepala, seperti halnya kita hormat kepada Bendera Merah putih. Sejenak pun saya seperti larut ke dalam suatu dimensi yang penuh aroma perjuangan dan heroisme. Naluri darah indonesia saya seperti serasa mendidih. Dalam hati saya merefleksi diri bahwa seberapa banyak bhakti yang saya beri untuk ibu pertiwi. Bung Hatta dengan segala kerendahan hatinya, Jasa beliau akan selalu dikenang oleh putra-putri bangsa ini di masa mendatang. Perenungan ini berujung pada suatu titik kesadaran bahwa siapapun yang berbuat baik di dunia ini, dia akan selalu didoakan dan dikenang sepanjang masa. Dia telah menembus garis batas umur itu sendiri sejauh orang masih mengingatnya.