Planetarium Jakarta : Wisata Astronomi Yang Terlupakan


Bintang di langit
Kerlap kerlip engkau disana
Memberi cahanya di setiap insan

Malam yang dingin
Kuharap engkau datang
Memberi kerinduan
di sela mimpi mimpinya

Lantunan lagu salah satu grup band Air berjudul “bintang” di youtube kembali mengusikku. Suara intro yang dinyanyikan seorang bocah seolah menghipnotis saya untuk membuat sebuah postingan. Sudah lama saya tidak membuat postingan. Gara-gara lagu ini, kali ini saya akan membahas catatan perjalananku sebulan yang lalu ke Planetarium. Tempat Wisata Astronomi di Jakarta yang hampir terlupakan.

Acara jalan-jalan kali ini super mendadak. Tanpa persiapan. Begitu selesai bangun tidur pagi dan makan, saya berangkat ke Stasiun Pondok Ranji Jam setengah 10 pagi. Dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Tanah Abang, saya naik KRL ekonomi Rp 1500. Hm Murah meriah. Dari tanah abang saya belum memutuskan mau kemana. Kemudian setelah berpikir agak lama, saya memutuskan untuk pergi ke planetarium. Semoga hari ini buka tempat wisatanya mengingat sering tutup tempat ini. Dari stasiun Tanah Abang saya menyambung naik Kopaja jurusan Kampung Melayu. Cukup 2000 rupiah. Beuh. Tidak sampai 10 menit saya sudah Tiba di Taman Ismail Marzuki. Hari itu tampak begitu bersahabat. Awan-awan putih menggelayut manja di kolong langit. Dari pelataran luar, tampak kubah planetarium yang khas menyambut langkah saya.

Taman Ismail Marzuki ini satu kompleks dengan Planetarium Jakarta. Sebelumnya saya sudah tiga kali gagal menonton pertunjukan langit di planetarium sini. Kunjungan  pertama yang gagal alasannya Klasik.  Proyektor lagi rusak. Yah… nonton planet dan neropong bintangnya gak jadi. Tetapi waktu itu saya cukup terhibur, karena disitu pas lagi ada pameran lukisan Jakarta dan Acara gathering komunitas facebokeer backpacker Dunia fans page. Acaranya waktu itu  ngebahas Tips jalan-jalan Ke Negeri Tibet dan  India. Salah satu pembicaranya adalah seorang pria yang menabung hampir selama delapan tahun untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya pergi Ke Tibet dan mendaki Mount Everest Himalaya. Salut saya sama perjuangannya. Delapan tahun adalah waktu yang cukup lama. And finally the dream came true.

Antusiasme terlihat dari para backpacker yang tergabung dalam komunitas ini. Mereka pada nanya nanya berapa biaya pergi kesana. Buat planning antar sesama backpacker dan nyari teman buat sharing cost. Terus diajarin bagaimana  mengurus visa. Dari komunitas ini, saya jadi mengerti kalau masuk ke daerah Tibet susah sekali. Pemerintah China terlalu overprotektif. Wajarlah karena Tibet ingin merdeka dari negara China. Dan China takut kalo backpacker atau para jurnalis yang datang ke Tibet menyebarkan berita gak bener ke media, kalo Tibet layak jadi sebuah negara Merdeka. Sebuah ketakutan yang menurut saya masih wajar bagi pemerintah China. Sejarahnya, media/pers memang cukup memiliki peranan penting terhadap kejatuhan/berdirinya suatu negara. Informasi yang benar bisa saja terdistorsi bila ditunggangi sebuah kepentingan di belakangnya. Disini saya juga dikasih tahu kalo mau ke Tibet dan ditanya petugas imigrasi hendak pergi kemana saja di China, Jangan jawab Tibet, karena kemungkinan gak akan dikasih izin apply visa kecuali untuk tujuan penting. Pas giliran trip menuju India dibahas sama salah satu penulis buku “3 Jutaan keliling India sebulan”, wah benar benar bikin ngiri sama backpacker yang sudah pernah ke India. Well Masyarakat India memang cukup kompleks dan termasuk yang masih menjaga tradisi budayanya. Kulinernya hm.. jangan ditanya lagi.

Kunjungan yang Kedua kali ke planetarium adalah waktu bulan ramadhan kemaren. Begitu masuk Pintu Planetarium ada tulisan kertas terpampang di kaca bahwa Planetarium tutup hari itu gara-gara karena alasan bulan suci ramadhan. Maksud Lo?? Nonton Planet haram yah pas puasa?? Lagi-lagi saya gigit jari. Sudah jauh datang dari bintaro eh malah tutup. Tekor saya. Trip yang ketiga kalinya gagal lagi gara-gara datang pas PILKADA jakarta kemaren. Pegawainya pada berlibur nyoblos. Hadoh. Keempat kalinya ke planetarium, Alhamdulillah Buka. Akhirnya perjuangan untuk melihat bintang tercapai juga. Timenya waktu itu pas banget karena bersamaan dengan jadwal meneropong Planet Jupiter, Mars dan Merkurius untuk Umum. Oh iya di Planetarium ini, kamu bisa lho ikut bergabung dengan Klub pecinta astronomi. Klub ini punya jadwal sendiri dan membahas dunia angkasa dan tetek bengeknya serta meneropong bareng-bareng. So Nice!!

Planetariun Jakarta
Planetariun Jakarta

Jam 10.30 saya tiba di loket pertunjukan di planetarium. Untung tiket yang masih tersisa untuk jam pertunjukan pukul 11.00 masih sisa 30-an. Di planetarium disediakan empat kali pertunjukan. Jam 9 pagi, Jam 11 siang, Jam 1 siang dan Jam 3 sore dimana maksimal jumlah pengunjung untuk masing-masing pertunjukan adalah 300 pengunjung. Jadi kalo kamu datang jam 10 pagi, tapi tiket jam pertunjukan 11 siang habis, berarti kamu harus membeli tiket jam 1 siang. Dengan kata lain kamu harus menunggu disana sampe jam 1 siang untuk melihat pertunjukan. BETE khan.

Kesan pertama pas masuk ke planetarium, saya kira hanya saya sendirian yang ABG. Abis bocah ingusan banyak sekali disini yang mau nonton. Saya merasa terzalimi dengan kehadiran saya sendiri yang datang bak raksasa ditengah para kurcaci. Bocah-bocah yang pada pengen nonton hampir semuanya rese. Rese dan gak sabar pengen melihat bintang dan planet. Untung begitu masuk ruangan yang agak ke dalam, ternyata bukan saya saja yang menjadi pengunjung dewasa. Dari 300 orang yang menonton, masih ada sekitar 70 orang dewasa yang ikutan tertarik nonton disini. Kakek-kakek yang sudah cukup berumur pun ada yang ikut tersasar disini. Menemani cucunya nonton. Lainnya para muda-mudi dan ortu yang juga menemani anak-anaknya berlibur ke planetarium. Kalau mau liburan bareng keluarga sambil belajar/edukasi iptek mungkin planetarium salah satu contohnya.

Begitu masuk ruang pertunjukan yang mirip ruangan bioskop ini, Saya terpukau dengan  keindahan interior bioskop ini. Ruangannya berbentuk lingkaran dengan langit-langit berbentuk kubah bewarna krem. Di tengah Ruangan ini terdapat alat berbentuk bola semacam lampu disko. Nantinya alat ini akan membawa kita terbang mengangkasa ke alam jagat raya. Begitu pengunjung telah memenuhi ruangan, mendadak ruangan menjadi gelap. Ada yang berteriak panik. Tetapi tidak lama. Karena seketika kita seperti berada di dimensi dunia lain. Yup dalam posisi saya yang sedang duduk, saya merasakan diri saya berada di dalam pesawat ulang alik. Saya seperti merasa beneran terbang mengangkasa. Tapi dasar yang nonton banyak bocah, begitu pesawat melakukan berbagai manuver ke kanan ke kiri dan ke bawah, seisi ruangan jadi bergemuruh. Hampir semua teriakan bernada ketakutan seolah olah pesawat yang saya tumpangi sedang jatuh dari langit. Di dalam pesawat ini, kita diajak menuju benda-benda langit. Pertama-tama kita diajarin Rasi Bintang. Jadi kalo kita gak bawa kompas dan tersesat tengah malam di hutan atau lautan, Rasi Bintang bisa menjadi alternatifnya. Konstelasinya selalu tetap. Entah kalo bintang ini meledak jadi supernova.

Membaca sebuah rasi gampang-gampang susah. Butuh pencermatan tingkat tinggi. Rasi paling mudah adalah rasi layang-layang/Cruz, rasi sabuk orion atau waluku, dan rasi biduk/beruang besar. Rasi layang-layang/Cruz ini bentuknya seperti salib/ layang-layang atau hewan pari. Biasanya rasi ini ditemukan di bagian langit selatan. Rasi sabuk orion atau waluku adalah Rasi yang menunjukkan arah barat. Rasi ini gampang karena yang unik dari rasi ini adalah adanya 3 bintang yang berjejer menyerupai sabuk.  Rasi ini biasanya menjadi petunjuk musim panen bagi masyarakat Jawa Kuno dulu. Makanya ada yang bilang Rasi waluku /alat pembajak. Tapi bentuknya memang sedikit mirip waluku. Terus ada rasi biduk/beruang besar yang mirip sebuah gayung yang menandakan petunjuk arah utara dan Rasi scorpion/kalajengking yang menunjukkan arah Tenggara. Rasi kalajengking ini cukup banyak konstelasi bintangnya dan paling kaya. Makanya dibilang cukup rumit. Rasi kalajengking ini disebelahnya bergerombol bintang-bintang yang juga membentuk rasi, Seperti Rasi Libra, Ophiucus dan Rasi Sagitarius.

Bintang-bintang dalam suatu rasi sebenarnya tidak terletak berdekatan seperti yang kita lihat dari bumi. Satu bintang dengan bintang lainnya dalam suatu rasi dapat terpisah jutaan tahun cahaya dan sebenarnya tidak punya urusan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena jarak kita di bumi dengan bintang-bintang tersebut sangat jauh, bintang-bintang tersebut tampak berdekatan dilihat dari bumi. Sebagian bintang tidak dapat dilihat oleh sebagian orang di wilayah tertentu di bumi ini. Misalnya Rasi Cruz/pari tidak bisa dilihat oleh Orang-orang yang berada di belahan bumi utara, karena Rasi ini hanya bisa dilihat di bumi belahan selatan. Jadi kesimpulannya langit malam di Amerika berbeda dengan Langit malam Indonesia, begitu juga Rasi rasi bintangnya.

Selain mempelajari Rasi bintang yang menunjukkan arah, kita juga diajarin membaca rasi bintang berdasarkan 12 zodiak. Nah ini lebih sulit lagi. Bayangin untuk zodiak saya seperti Leo, untuk mendapatkan gugusan bintang bergambar singa sangat susah. Banyak sekali konstelasi bintangnya. Rasi yang berdasarkan zodiak ini, biasanya akan tampak/muncul terang pada waktu tertentu. Itu mengapa rasi zodiak ini dibuat semacam kalender zodiak astrologi. Saat ini para astronom sudah mengumpulkan lebih dari 100 rasi bintang yang penamaannya kebanyakan dari bahasa yunani kuno. Memang penamaan benda-benda langit dengan bahasa yunani terdengar lebih keren di telinga seperti Rasi Hercules, Planet Neptunus, Venus, Rasi Orion, Bintang Andromeda dan lain-lain. Apalagi penamaan ini dikaitkan dengan tokoh-tokoh/dewa dalam mitologi yunani kuno. Dan diantara tokoh-tokoh tersebut memiliki karakteristik tersendiri sehingga mudah untuk mengingat benda langit tersebut. Jadi teringat apa yang pernah diucapkan William shakespeare “apalah arti sebuah nama”. Tetapi saya termasuk orang yang menganggap bahwa nama itu penting apalagi menyangkut makhluk hidup seperti kita manusia. Nama adalah Doa. Terkandung harapan bagi yang menamainya. Orang tua punya alasan tersendiri kalau kenapa nama kita kadang-kadang jadi Aneh. Ada lho teman saya punya nama “lady silk moonlight”. Sampe dosen gw bingung, “Ini nama apa sebuah kalimat dalam bahasa inggris”. haha. Tapi ember, yang punya nama bersangkutan emang kece seperti silk moonlight 🙂 .

Yuk kita kembali mengangkasa. Setelah diajak mengenal Rasi bintang, saya diajak melanglang buana menyusuri berbagai bintang lainnya yang ada di jagat raya. Ada alpha centauri yang katanya merupakan bintang yang dekat dengan bumi. Bila dilihat dengan mata telanjang, bintangnya tampak satu. Tapi kalo pas pake teleskop, ternyata bintang ini sebenarnya bintang ganda. Bintang ini termasuk yang terang dalam rasi centaurus. Terus ada bintang Antares, yang warnanya kelihatan berwarna kemerah-merahan. Jadi kalo kita lihat di langit yang kebetulan pas lagi cerah, kita bisa menemukan bintang ini dengan cepat sekali karena keunikan warnanya tersebut. Apalagi bintang ini berdekatan dengan rasi bintang scorpion. Saya termasuk yang kadang-kadang memergoki bintang ini. Dulu pikiran kecil saya ketika melihat bintang antares, “nih bintang kok beda sendiri. Yang lainnya kelihatan putih eh ini gak normal sendiri. Lagi sakit panas bintang ini kali yah sampe tubuhnya jadi warna merah seperti itu”.

Dari sini saya mengerti apa definisi bintang. Bintang adalah benda langit yang mampu memancarkan cahaya sendiri. Contohnya matahari. Matahari adalah sebuah bintang. Padahal saya mengira bintang itu yang kerlap-kerlip di langit malam. Bintang bentuknya tidak berbentuk segi lima seperti yang acap digambar oleh anak-anak kecil. Saking jauhnya dari bumi makanya kerlap-kerlipnya tampak seperti segi lima. Padahal bintang kebanyakan bentuknya bundar atau juga tidak beraturan sama sekali. Dan warna bintang menunjukkan juga menentukan berapa suhu bintang tersebut. Seperti Matahari yang berwarna kuning. Ternyata Matahari tuh di jagat raya bukan yang terpanas lho. Malah yang bintangnya warna biru atau putih adalah yang paling panas. Untungnya masih jauh jutaan tahun cahaya dari bumi.

Sesudah mengenal bintang, kita menyusuri planet. Disini cuma diajarin 8 planet. Tentu planet saturnus yang paling cantik. Sabuk yang mengelilingi planet ini mengundang decak kagum pengunjung seperti saya. sabuk ini diperkirakan sebuah debu yang membentuk es, saking jauhnya dari matahari. Planet ini besarnya hampir lima kali bumi kalo gak salah.  Selain planet, kita kemudian diajak singgah ke satelit-sateli planet, Asteroida dan Galaksi-galaksi. Ada yang namanya Galaksi bimasakti. Entah kenapa namanya kok terdengar lebih Indonesia. Apa penemunya orang Indonesia? Akhirnya dijelaskan melalui seorang guide, kalo dalam bahasa inggris Galaksi ini bernama Milky Way. Penamaan nama-nama benda langit seperti rasi, galaksi ke dalam bahasa Indonesia tidak lain tujuannya agar anak-anak Indonesia bisa belajar mudah tentang Ilmu astronomi. Jarang-jarang di Indonesia yang profesinya atau bercita-cita menjadi seorang astronom. Apalagi astronot. Kalah dengan negara tetangga sebelah kita, malaysia yang telah mengirimkan salah satu astronotnya dalam ekspedisi bersama NASA. Kelak semoga ada Bangsa Indonesia yang dikirimkan ke luar angkasa.

Terus di session terakhir kita diajak berkenalan dengan bintang jatuh atau meteor serta komet. Ada banyak meteor yang turun dari kolong langit kala itu. Sekejap ruangan seperti kebun meteor atau meteor garden :). Anak-anak berteriak histeris kekaguman. Hujan meteor adalah peristiwa astronomi yang bisa diprediksi kapan meteor jatuh ke bumi. Biasanya bulan Oktober- Desember adalah masa gencarnya meteor menyerang makhluk bumi. Untung bukan alien 🙂 . Sayangnya saya termasuk jarang yang melihat bintang jatuh. Bintang jatuh ini berasal salah satunya dari partikel/pecahan yang terlepas dari komet karena gesekan yang diakibatkan bertemunya lintasan orbit komet dan bumi. Gesekan ini mengakibatkan partikel ini terbang kemana-mana di jagat raya. Nah partikel/bintang-bintang jatuh ini ada yang tertarik oleh gravitasi bumi sehingga masuk ke dalam bumi. Saya baru menyadari Ternyata di jagat raya komet juga banyak dan jumlahnya sudah ratusan yang ditemukan. Masing-masing komet periodenya macam-macam ada yang setahun lebih mengorbit ada juga yang ratusan tahun mengorbit di garis edarnya masing-masing. Ketika komet ini mendekati matahari, partikel yang terkandung dalam komet ini membentuk semacam ekor sehingga dinamakan bintang berekor. Dan salah satu komet terang yang bisa disaksikan dengan mata telanjang dari bumi adalah komet Halley yang muncul 76 tahun sekali secara periodik.

Beruntungnya bumi kita memiliki lapisan atmosfer yang membakar partikel asing yang masuk ke bumi sehingga begitu masuk bumi, sudah terbakar duluan dan habis sebelum mencapai bumi. Tapi ada juga lho yang sampe mencapai bumi ini. Namanya bukan meteor lagi. Tetapi namanya meteoroit. Konon katanya meteoroit ini yang memusnahkan kehidupan dinasaurus di Masa Lampau. Cuman meteoroit yang memusnahkan Si Jurassic berasal dari pecahan asteroid. Dari beberapa artikel, asteroid merupakan benda langit yang paling diminati oleh ilmuwan karena bisa mengungkapkan asal mula kehidupan manusia di masa silam atau mendukung teori abiogenesis. Entahlah. Batu meteoroit ini mengandung unsur logam seperti besi, titanium dan lain-lain. Tidak salah mengapa kalau di bumi ini juga ada kandungan besinya. Salah satu tempat meteoroit jatuh yang paling terkenal adalah di Gurun Pasir Arizona. Diameternya 45 m dan dalamnya 175 m.  Untung jatuhnya di Gurun yang kosong. Bukan di perumahan. Tapi kalo yang aku baca di koran-koran, meteor yang biasa jatuh di genteng adalah batu meteoroit yang kecil-kecil. Padahal Kalo Tuhan berkehendak, Bisa saja meteoroit gede menyerang satu kompleks perumahan.

Setelah perjalanan mengangkasa selesai, pikiran saya mengembara kemana-mana. Disini saya merasa takjub dengan kebesaran Tuhan bagaimana Tuhan mengendalikan benda-benda langit tetap di orbitnya. padahal di tata surya,  yang namanya bintang jumlahnya miliaran dan masing-masing mengorbit di garis edarnya, agar tidak saling bertabrakan. Lantas masihkah saya mengabaikan bahwa disini tidak ada campur tangan Tuhan sebagaimana diucapkan kelompok kiri/atheis. Bumi memiliki lapisan atmosfer berlapis-lapis. Apakah penciptaan ini terjadi dengan sendirinya? Tanpa adanya campur tangan Tuhan untuk membangun berlapis-lapis? Apakah alam/jagat raya merasa bernyawa sehingga mempunyai inisiatif membentuk bumi berlapis-lapis diatasnya. Atmosfer adalah bentuk kasih sayang Tuhan agar manusia tidak tertimpa bencana/kiamat seketika ketika benda-benda langit berjatuhan. Tuhan Maha Besar.

[6:97] Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.

[16:16] dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintangbintang itulah mereka mendapat petunjuk.

PS: Sori saking takjubnya sama dunia angkasa gw lupa ngambil foto2 di dalem 🙂

Diterbitkan oleh Indra

Civil Servant and Independent Traveler

9 tanggapan untuk “Planetarium Jakarta : Wisata Astronomi Yang Terlupakan

  1. Udah beberapa kali kesana tp selalu TUTUP. udah gada yg minat apa gimana ya? Padahal tempatnya baguss lumayan lah buat rekreasi bareng anak

Tinggalkan komentar